Langsung ke konten utama

Transportasi Pribadi vs Transportasi Umum, Mana Lebih Murah?

Transportasi Pribadi vs Transportasi Umum, Mana Lebih Murah?

Serpong Garden Apartment - Mari kita mulai dengan fakta. Jumlah kendaraan yang terdaftar di Jakarta menurut data ini adalah dua belas juta kendaraan. Sembilan setengah juta di antaranya adalah kendaraan roda dua. Sedangkan angkutan umum hanya berjumlah empat persen dari keseluruhan jumlah kendaraan non roda dua yang terdaftar atau sekitar 100 ribu kendaraan. Dari fakta tersebut sangat terlihat bahwa jika terjadi kemacetan sebab utamanya adalah kendaraan pribadi yang mencapai lebih dari 90 persen populasi.

[caption id="attachment_996" align="aligncenter" width="717"]Deteksi Stres Akibat Macet Parah Di Jakarta Berikut Efek Buruk Kemacetan Pada Kesehatan Otak[/caption]Lalu, kenapa masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi? Apakah karena lebih nyaman? Apakah karena lebih jelas waktu tempuhnya? Atau mungkin semata-mata hanya karena lebih murah atau paling tidak hanya berbeda sedikit daripada naik angkutan umum? Mari kita telusuri satu per satu permasalahan ini.

Apakah naik kendaraan pribadi lebih nyaman?

Kebanyakan orang akan bilang ya. Apalagi kalau dia bukan yang bertindak sebagai pengemudi. Naik kendaraan pribadi pastinya bisa menggunakan pendingin udara di dalam kendaraan. Ditambah dengan musik kesukaan yang menjadi teman ketika terjadi kemacetan. Malah beberapa mobil dilengkapi dengan layar monitor sehingga dapat juga menonton film kesukaan atau acara televisi yang sedang disiarkan saat itu. Yang paling utama, sangat nyaman untuk tidur di kendaraan pribadi, khusus untuk yang bukan pengemudi.

Apakah naik kendaraan pribadi lebih jelas waktu tempuhnya?

Kebanyakan orang akan bilang ya. Namun tidak selamanya iya. Itu karena ada faktor kemacetan di dalamnya. Kadangkala saat terjadi kemacetan hebat di jalanan, naik kendaraan umum memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi. Bahkan mungkin bisa sampai tujuan lebih cepat daripada naik kendaraan pribadi. Tapi umumnya naik kendaraan pribadi lebih jelas waktu tempuhnya, apakah satu jam, dua jam atau bahkan tiga jam perjalanan pulang pergi kantor.

Apakah naik kendaraan pribadi lebih murah atau paling tidak hanya berbeda sedikit?

Hal ini butuh pembuktian. Contoh adalah saya. Dengan perjalanan rumah ke kantor sejauh 15 km, inilah biaya yang saya harus keluarkan jika saya menggunakan angkutan umum. Biaya ini harus apple-to-apple, artinya saat menggunakan angkutan umum, tidak boleh saya berjalan kaki untuk menghemat ongkos angkutan jika jaraknya lebih dari 300 meter.

Mari kita lihat jika saya menggunakan kendaraan pribadi. Jarak dari rumah ke kantor sejauh 15 km. Dalam sehari saya menempuh perjalanan 30 km. Mobil saya saat ini adalah Honda Jazz Manual tahun 2004. Rata-rata pemakaian bahan bakarnya adalah 1:9 dalam kota. Dalam seminggu saya menempuh jarak 150 km (5 hari x 30 km) dan menghabiskan bensin sebanyak 16,67 liter. Katakanlah saya mengisi bensin 20 liter per minggunya. Bensin 20 liter dengan menggunakan premium menghabiskan uang saya Rp 90.000. Jika menggunakan pertamax, maka menghabiskan uang saya sebanyak Rp 196.000.

Ada lagi biaya lain yang harus dikeluarkan jika menggunakan kendaraan pribadi. Biaya itu adalah tol. Tol di dekat kantor saya adalah tol JORR yang biayanya Rp 7.500 sekali masuk. Per hari saya menghabiskan uang Rp 15.000. Lima hari saya menghabiskan uang tol sebesar Rp 75.000. Artinya jika saya menggunakan premium dan lewat tol, dalam seminggu saya menghabiskan uang Rp 165.000, dan jika menggunakan pertamax dan lewat tol, maka menghabiskan uang sebesar Rp 271.000.

Bagaimana bila saya naik angkutan umum? Ini yang sedikit tricky. Karena saya tidak boleh berjalan kaki lebih dari 300 meter untuk menghemat ongkos, maka saat keluar rumah saya pun harus sudah menggunakan jasa ojek. Jasa ojek hingga keluar komplek perumahan saya lebih sedikit biayanya Rp 5.000. Itu jaraknya cuma sekitar 500 meter. Dari naik ojek tersebut saya masih harus naik Metro Mini atau Mikrolet menuju halte busway dengan biaya yang sama antara keduanya yaitu Rp 2.000. Kemudian naik busway dengan biaya Rp 3.500. Selanjutnya saya naik Koantas Bima dengan biaya juga Rp 2.000. Artinya sekali jalan saya membutuhkan biaya Rp 12.500. Jika bolak-balik menggunakan angkutan yang sama, maka biaya yang saya keluarkan adalah Rp 25.000 per hari atau Rp 125.000 per minggu.

Itu dengan catatan tidak sekalipun saya menggunakan tol JORR dalam perjalanan tersebut. Artinya dalam perbandingan ini biaya tol harus dikeluarkan dalam perbandingan.
Bagaimana dengan biaya parkir? Kantor saya dengan baik hati menggratiskan parkir bagi karyawan yang parkir di gedung kantor. Jadi tidak diikutkan pula biaya parkir dalam perbandingan ini karena memang tidak ada biayanya. Dengan demikian biaya perjalanan selama seminggu, jika dibandingkan adalah sebagai berikut

Naik kendaraan pribadi
Premium : Rp 90.000
Pertamax : Rp 196.000

Naik kendaraan umum
Tanpa jalan kaki lebih dari 300 meter : Rp 125.000

Apa artinya perbandingan di atas? Naik kendaraan pribadi, jika bensinnya menggunakan premium lebih murah daripada naik kendaraan umum. Sedangkan jika naik Pertamax maka ada perbedaan Rp 71.000 per minggunya atau hanya Rp 14.000 per hari. Perbedaan yang dapat ditutupi hanya dengan biaya makan siang.

Mungkin perbandingan biaya ini butuh sekali lagi contoh.

Beberapa tahun lalu, jarak antara rumah saya dan kantor adalah sekitar 40 km. Rumah saya dulu di bilangan Cibubur, sedangkan kantor saya dulu di daerah Semanggi. Saat ini tentu banyak orang yang memiliki rumah di Cibubur dan kantor di bilangan Semanggi, Sudirman atau Kuningan. Dengan jarak rumah ke kantor sekitar 40 km, maka bolak-balik saya harus menempuh jarak 80 km. Lima hari kerja seminggu, maka jarak tempuh saya adalah 400 km. Bensin yang saya butuhkan, jika saya masih menggunakan mobil yang sama adalah 33,33 liter atau jika dibulatkan menjadi 35 liter karena rata-rata pemakaian bahan bakar sedikit berbeda karena ada campuran luar kotanya. Mobil saya tersebut jika tercampur perjalanan luar kota maka rata-rata pemakaian bahan bakarnya menjadi 1:12. Biaya untuk 35 liter bensin premium adalah Rp 157.500, sedangkan pertamax adalah Rp 343.000.

Perjalanan ini tentu membutuhkan lewat tol. Tol yang dilewati adalah tol Jagorawi Cibubur – Cawang yang biayanya saat ini Rp 2.500 sekali jalan dan tol Dalam Kota yang biayanya Rp 7.000 sekali jalan. Sekali jalan Rp 9.500 atau jika bolak-balik menghabiskan biaya Rp 19.000 per hari atau Rp 95.000 per minggu.

Nah bagaimana jika naik kendaraan umum?

Rumah saya di Cibubur agak sedikit masuk kampung. Oleh karena tidak boleh jalan kaki lebih dari 300 meter, maka alternatifnya adalah naik ojek dari rumah ke jalan alternatif Cibubur. Biayanya adalah Rp 10.000 sekali jalan. Di Alternatif Cibubur ada beberapa pilihan kendaraan umum untuk mencapai Semanggi. Pilihan pertama adalah bus Patas AC langsung ke Semanggi yang biayanya Rp 10.000 sekali jalan. Pilihan kedua adalah naik Mobil Elf menuju Cawang dengan biaya Rp 5.000, kemudian lanjut dengan busway ke Semanggi dengan biaya Rp 3.500. Pilihan pertama biasanya lebih enak dipilih saat pergi, sedangkan pilihan kedua lebih enak dipilih saat pulang.

Dengan demikian biaya naik angkutan umum saat berangkat adalah Rp 20.000 sedangkan saat pulang adalah Rp 18.000. Bolak-balik menghabiskan biaya Rp 38.000. Dalam seminggu biaya yang keluar adalah Rp 190.000. Itu hitungannya selalu lewat tol Jagorawi bolak-balik dan hanya lewat tol Dalam Kota saat perginya.

Dengan demikian, biaya tol per hari yang dihitung saat naik kendaraan pribadi adalah Rp 2.500 x 2 ditambah dengan Rp 7.000 x 1 atau sama dengan Rp 12.000 per hari atau Rp 60.000 per bulan.
Dengan demikian jika dibandingkan biaya perjalanan naik kendaraan pribadi dan naik angkutan umum bolak-balik Cibubur – Semanggi adalah

Naik kendaraan pribadi
Premium : Rp 157.500 + Rp 60.000 = Rp 217.500
Pertamax : Rp 343.000 + Rp 60.000 = Rp 403.000

Naik kendaraan umum
Tanpa jalan kaki lebih dari 300 meter : Rp 190.000

Sekali lagi biaya naik kendaraan umum lebih tinggi daripada biaya menggunakan kendaraan pribadi dengan menggunakan bensin Premium. Memang kali ini ada biaya tol yang diperhitungkan, sehingga naik kendaraan pribadi lebih mahal Rp 27.500 per minggu atau hanya Rp 5.500 per harinya atau kurang lebih sebesar biaya roti plus air mineral. Untuk kendaraan yang menggunakan Pertamax, tentunya lumayan besar bedanya sebesar Rp 213.000 atau jika dihitung per hari hampir mencapai Rp 43.000 per harinya.

Kesimpulannya, untuk jarak yang lebih jauh, menggunakan kendaraan pribadi yang berbensin Pertamax, biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih mahal daripada menggunakan angkutan umum. Semakin jauh jarak, semakin mahal biayanya. Semakin kelihatan bahwa dengan mendapatkan fasilitas yang lebih nyaman, dan kepastian waktu yang lebih baik, maka menggunakan kendaraan pribadi untuk mobil yang berbensin Pertamax akan membutuhkan biaya yang lebih mahal pula. Logika ini adalah benar.

Hasil yang berbeda jika kendaraan pribadi tersebut menggunakan bensin Premium. Sudah lebih nyaman dan kepastian waktu yang lebih baik, tidak membuatnya lebih mahal daripada menggunakan kendaraan umum. Ini adalah logika yang absurd. Logika inilah yang menempel di benak kebanyakan masyarakat kita. Naik kendaraan umum itu mahal. Naik kendaraan pribadi lebih murah, karena memang pake bensin Premium.

Lalu kalau bensin Premium harganya masih segitu-gitu juga, pasti logika berpikir masyarakat yang absurd tersebut pasti akan terus berlangsung. Sekarang tinggal pemerintahnya yang memilih. Mau memberikan subsidi kepada masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi tapi sebagai penyebab kemacetan di kota-kota besar, atau memberikan subsidi kepada orang-orang yang berhak saja? Memang dengan subsidi BBM premium pemerintah tidak usah repot-repot melakukan pengawasan, melakukan penelitian siapa-siapa yang berhak dan dalam bentuk apa, tidak usah pusing-pusing akan terjadi demo besar-besaran menentang kenaikan harga.

Sekarang ini pemerintah sebenarnya memberikan subsidi ke tempat yang salah. Tapi biarlah, kita sebagai masyarakat tahu kok. Dengan kondisi saat ini hanya orang yang malas naik kendaraan pribadi karena macet hebatlah yang tidak mendapatkan subsidi besar-besaran dari pemerintah. Orang yang berkorban berjibaku dengan orang lain di kendaraan umum itulah yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pemerintah malah mensubsidi orang-orang yang nyaman berada di dalam pendingin ruangan kendaraan, sambil mendengarkan musik dan menonton program televisi kesukaannya. Pemerintah malah mensubsidi orang-orang yang tidak mau sekedar jalan kaki lebih dari 300 meter karena mereka memiliki kendaraan pribadi dan mampu untuk menjalankan kendaraannya ke tempat tujuan walaupun dengan jarak yang sangat dekat.

[caption id="attachment_830" align="alignnone" width="1024"]Serpong Garden Apartemen TOD, Konsep Hunian Masa Depan Stasiun Cisauk[/caption]

Serpong Garden Apartment kawasan apartemen di Serpong Garden yang terintegerasi Stasiun Cisauk dihubungkan langsung Jembatan Skybridge bagi penghuni ke Stasiun Cisauk. Serpong.Garden Apartment dengan Stasiun Cisauk memudahkan penghuni menuju ke sentral bisnis seperti Jakarta, Sudirman, dan CBD hanya 45 menit saja via KRL Cisauk.

Serpong Garden Apartemen akan mengusung konsep sebagai hunian berorientasi angkutan atau Transit Oriented Development [TOD]. Serpong Garden Apartment merupakan perwujudan awal dari konsep pengembangan pemukiman pinggiran kota terpadu dalam konteks pengembangan metropolitan Jakarta berbasis transportasi.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stasiun Cisauk Gerbang utama Urban Transportasi di BSD terhubung Serpong Garden Apartment

Bumi Serpong Damai (BSD) atau BSD city merupakan sebuah kota satelit yang terbentuk dari pesatnya perkembangan kota metropolitan ibukota Jakarta. BSD City terletak di kecamatan Serpong, Tangerang Selatan. dan kecamatan Cisauk & Pagedangan Kabupaten tangerang. Yang memiliki perencanaan kawasan Permukiman dan perumahan lengkap dengan kawasan industri, perdagangan, perkantoran, pendidikan dan wisata. Berdasarkan Master Plan Proyek Pembangunan BSD City yang telah memasuki tahap pembangunan ke 2 (BSD tahap 2) akan menghadirkan sebuah kawasan Central Baru yaitu kawasan komersial intermodal yang terletak di bagian selatan BSD City dan tepat di sebelah Universitas Atmajaya, jalur kereta api provinsi dan rencana jalan tol Serpong-Jakarta. Kawasan Intermodal BSD akan dilengkapi dengan fasilitas seperti Pasar Modern, ITC, Apartemen, dan hotel. Disamping itu distrik Intermoda akan diposisikan untuk menjadi pusat jalur transportasi dan pintu gerbang dari BSD City. BSD City

PT Harapan Inti Persada Indah (HIPI)

PT Harapan Inti Persada Indah (HIPI) berdiri sejak tahun 1987. Proyek pertama pengembang ini adalah perumahan Persada Banten. Pada tahun 2007, HIPI kemudian membangun proyek perumahan Serpong Garden 1 seluas kurang lebih 45 hektar. Seiring berjalannya waktu, HIPI melakukan ekspansi dengan mengembangkan perumahan Serpong Garden 2 di atas lahan 35 hektar. Saat ini, sudah terbangun 3.500 unit rumah seluas 80 hektar dan sudah ditempati hingga kurang lebih 2000 kepala keluarga. Semetara itu, Karya Cipta Group mengawali bisnisnya dengan pembangunan gedung-gedung high-rise perkantoran dan hunian vertikal. Karya Cipta Group membangun reputasinya dengan beragam proyek prestisius seperti Gedung Kantor Sudirmam 78, Loft Apartements Satu8, East8 at Cibubur dan Selatan8 Residence. Mereka juga menyediakan produk hunian berupa perumahan berstandar internasional untuk semua segmen pasar. Dengan visi dan misi untuk selalu mengembangkan proyek strategis bernilai investasi tinggi, Karya Citra Gr

Stasiun Cisauk dan Cikupa Direvitalisasi

TEMPO.CO ,  Tangerang  - Kabar gembira bagi masyarakat pengguna setia transportasi massal kereta api Tangerang-Jakarta. Dua stasiun kereta api, yakni Cisauk dan Cikuya, segera direvitalisasi total dalam waktu dekat. Pemerintah Kabupaten Tangerang yang bekerja sama dengan pengembang, PT Kereta Api, dan Kementerian Perhubungan, akan merevitalisasi kedua stasiun itu pada 2012 dan 2013. "Revitalisasi dua stasiun kereta api ini diharapkan bisa menjawab kebutuhan layanan moda transportasi massal bagi masyarakat luas," ujar Kepala Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Kabupaten Tangerang, Syafrudin, kepada Tempo, Ahad, 4 November 2012.  Syafrudin mengatakan, untuk revitalisasi Stasiun Cisauk akan dilakukan sepenuhnya oleh pengembang Bumi Serpong Damai (BSD). BSD, kata dia, telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan pihak terkait seperti Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api. "Sehingga kami (Pemda Kabupaten Tangerang) fokus untuk menangani Stasiu